Petrokimia Gresik Komitmen Siapkan Petani Muda
By Admin
nusakini.com - Sejarah mencatat Indonesia pernah mengalami masa swasembada beras pada tahun 1980-an. Bahkan saat itu, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) memberikan penghargaan istimewa kepada pemerintah atas prestasi ini.
Tampaknya prestasi swasembada beras itu sulit terulang di tahun-tahun berikutnya, bahkan seringkali Indonesia harus mengimpor beras dari Thailand dan Vietnam. Salah satu penyebabnya jumlah petani produktif terus menurun jumlahnya, regenerasi petani di Indonesia sulit dilakukan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, 61% petani utama berusia lebih dari 45 tahun. Data ini mengindikasikan kaum muda kurang tertarik terhadap sektor pertanian. Hanya ada 12 persen saja petani di usia 25-34 tahun, dan 26 persen petani di usia 35-44 tahun.
PT Petrokimia Gresik (PG) melihat kondisi ini sebagai problem serius. Karena itu, produsen pupuk terlengkap nasional ini berkomitmen untuk menyiapkan petani muda, sehingga masalah regenerasi petani dapat teratasi. Komitmen itu diimplementasikan PG dengan menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) Program Pengembangan dan Pelatihan Pemuda di Bidang Pertanian.
Program itu
adalah kerjasama antara PG dengan Pengurus Nasional Karang Taruna (PNKT) dan
Pelatihan Anak Tani Remaja (PATRA). Dalam acara penandatanganan MoU pada Senin
(21/3/206) di Wisma Kebomas PG dihadiri Direktur Utama (Dirut) PT Pupuk
Indonesia, Aas Asikin Idat; Dirut PG, Nugroho Christijanto; Wakil Gubernur
(Wagub) Jatim, Saifullah Yusuf; Pendiri PATRA, K Imam Soejono; Ketua PNKT,
Didik Mukrianto, Wakil Bupati (Wagub) Gresik; Sekretaris Daerah (Sekda)
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban, dan Asisten II Pemkab Lamongan.
Dalam
sambutannya, Dirut PG Nugroho Christijanto mengatakan, sekarang pemerintah
Indonesia sangat konsen dengan program ketahanan pangan. Di dalam upaya
mendukung kedaulatan pangan tersebut, PG sebagai produsen pupuk, memiliki
keinginan untuk berpartisipasi secara aktif., Salah satunya dengan mengedukasi
pemuda di bidang pertanian, khususnya di daerah-daerah atau desa-desa.
“Pemerintah
mendorong produktivitas padi, tapi di sisi lain regenerasi petani belum
berjalan maksimal. Anak muda di Indonesia enggan mendeklarasikan petani sebagai
profesi yang handal,” ujar Dirut PG Nugroho Christijanto.
Kerjasama
dengan PNKT dan PATRA adalah sebuah proses regenerasi petani. “Mudah-mudahan
dengan MoU ini, potensi yang dimiliki masing-masing, baik PATRA maupun Karang
Taruna bisa dimanfaatkan dan diaplikasikan dengan maksimal. Sehingga anak muda
sekarang tertarik dengan dunia pertanian untuk mendorong kedaulatan pangan.
Kami juga berharap dengan dukungan Pupuk Indonesia, kegiatan serupa dapat
dilakukan dalam skala lebih luas lagi,” tambah Dirut PG Nugroho Chritijanto.
Sedangkan
Pendiri PATRA, Imam Sujono mengatakan, sekarang anak petani semakin menjauh
dari pertanian, kalau ini terus terjadi status Indonesia sebagai negara agraris
akan hilang. “Bayangkan saja, di awal saya membentuk PATRA, dari 20 anak lelaki
yang ada, 80 persen tidak bisa mencangkul, padahal mereka semua anak dari
seorang petani,” ujar pensiunan penyuluh pertanian itu.
Didik
Mukrianto, Ketua PNKT menyambut baik program mempersiapkan petani muda itu.
“Mudah-mudahan niat baik ini menjadi pilot project dan bisa
ditularkan ke seluruh Indonesia, sehingga menjadi gerakan bangkitnya petani
muda di Indonesia. Saat ini banyak sarjana pertanian yang berubah maindset
tentang pertanian, sehingga mereka beralih jalur dengan berusaha di bidang
non-pertanian,” ujarnya.
Sementara
itu, Wagub Jatim, Saifullah Yusuf mengapresiasi peran PG dalam mempersiapkan
petani muda. “Banyak anak petani memilih bekerja di pabrik dibanding bertani
seperti orangtuanya. Program PG ini selaras dengan program ketahanan pangan
dari pemerintah pusat,” ujar Saifullah Yusuf.
Pilot
Project PI
Dalam
sambutannya, Dirut PI, Aas Asikin Idat menyambut baik kerjasama yang
dilakukan PG dengan Patra dan PNKT. “Kerjasama ini akan menjadi pilot
project, nanti akan kita lakukan program yang sama dengan anggota semua
holding. Saya berharap ini bukan sebuah program saja, tapi menjadi gerakan yang
terus-menerus, sehingga kita terhindar dari masalah impor,” ujar Dirut PI.
Selain itu,
peserta pelatihan harus bias menularkan ilmunya kepada anak muda yang lain,
sehingga jumlah petani yang sekarang menyusut terus berkembang. Penularan itu
juga harus dilakukan pada petani yang sekarang ada, bisa membuat mereka lebih
inovatif. (mk/Humas PG)